SEKILAS KISAH HIDUP SYAIKH KH.SA’ADIH AL-BATAWI Pendiri Majelis Dzikir As-Samawaat al-Maliki

Masa Kecil Syaikh KH. Sa’adih al-Batawi

Mengawali kupasan sejarah masa kecil Kyai Sa’adih tak lepas dari suasana lingkungan masyarakat Betawi tempo dulu. Betawi dalam kehidupan aslinya adalah masyarakat yang masih memiliki keterkaitan keturunan kepada rumpun Sultan Hasanudin dari Banten. Selebihnya, tanah Betawi berisi masyarakat urban (pendatang) dan masyarakat asing seperti Arab dan Cina. Kyai Sa’adih lahir di wilayah Barat Jakarta, tepatnya di Kecamatan Kebon Jeruk, Kelurahan Kedoya Selatan, yang waktu itu masih merupakan lingkungan desa Betawi berupa kebun dan persawahan. Bahkan, tempat kelahiran Kyai tersebut terkenal sebagai kampung Sasak karena banyaknya aliran sungai dan kali yang berimbas pada banyaknya jembatan (sasak), sehingga dikenallah sebagai Kampung Sasak.

Kyai Sa’adih dilahirkan pada tanggal 23 Juni 1960, di Kampung Sasak. Beliau lahir dari dari pasangan H. Asmat dan Hj. Sawiyah. Keduanya asli Betawi Kembangan.KyaiSa’adih merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayah beliau, H. Asmat, terkenal seorang petani dan tukang kebun yang sangat ulet dan jujur. Selain seorang yang ulet dan jujur dalam bekerja, beliau merupakan orang tua yang disegani oleh anak-anaknya dan masyarakat kampungnya, karena terkenal berani (maklum, jago silat) serta tekun ibadah siang dan malam. Ibunda beliau, Hj. Sawiyah, merupakan sosok seorang wanita salehah yang banyak berjasa dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kampungnya dari urusan kelahiran, perkawinan, sampai pada urusan kematian (pengurusan jenazah).

Kyai Sa’adih tumbuh sebagaimana layaknya anak-anak di perkampungan yang menghabiskan waktu di ladang dan di sawah sebagai anak angon (penggembala) kerbau dan kambing. Sebuahtradisi yang memang biasa dijalankan olehanak-anakBetawi tempo dulu.

Menginjak masa remaja beliau mulai terlihat berbeda dengan teman-teman sebayanya karena karakter atau sifat beliau yang keras, ulet, berani, dan punya prinsip yangkuat. Buktinya, beliau mau melakukan perjalanan sejauh 5 km  dengan berjalan kaki, berenang menyeberangi Sungai untuk menempuh pendidikan SMP. Tak sedikit cibiran dan kata-kata pedas yang dilayangkan oleh teman-teman beliau yang melihatnya mau bersekolah denganpenuh pengorbanan dan usaha keras. Namun, justruhal itulah yang membuat beliau tertantang untuk membuktikan bahwa pendidikan adalah jalan menuju kesuksesan.

Singkat cerita, Sa’adihkecil tumbuh dengan merasakan pahit getirnya kehidupan sebagai sebuah pelajaran berharga yang mesti beliau lakoni. Kehidupan ekonomi keluarga yang serba pas-pasan, membuatnya tegar dan mau belajar membantu orangtua hingga harus menjajakan barang dagangan keliling kampung.Suatuhal yang sudah biasa beliau jalani.Kebiasaan ini semakin terasah seiring dengan bertambahnya usia beliau bahkan menjadi kepaiawaiannya meski sudah bekerja.

Kyai Sa’adih menjadi pemuda yang mampu menyelesaikan pendidikan STM dan memulai karier kehidupan dalam arti mandiri.Selanjutnya, beliau memberanikan diri bekerja di perusahaan asing dengan berbekal ijazah dari hasil pendidikan beliau yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Perusahaan tempat beliau bekerja adalah perusahaan Perancis, yaitu PT. Total Indonisie yang ketika itu berlokasi di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Lagi-lagi, kegigihan dan kesungguhan Pemuda Sa’adih ini berhasil membuktikan.Beliau mendapatkan pengakuan dan penghargaan perusahaan yang lambat laun beliau mendapatkan kedudukan yang cukup sukses di perusahaan tersebut.Selain sebagai seorang karyawan di perusahaan tersebut, ternyata beliau memiliki usaha-usaha mandiri di luar jam-jam kerja beliau. Walhasil, beliau bisa dikatakan sukses di perusahaan dan sukses dalam bisnis kemandiriannya.

 

  1. Perjalanan Spritual dan Religius

Kesuksesan pemuda Sa’adih di kantor beliau bekerja dan di ruang-ruang bisnis mandirinya ternyata tidak membuat beliau terpuaskan untuk memenuhi semangat pengembaraan logika dan spritual beliau. Akhirnya, beliau mulai mendalami tadabbur diri dan merefleksi perjalanan hidup dan karier beliau untuk memenuhi kegelisahan batinnya. Beliau merasakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya, nilai hakiki dari kehadiran seorang manusia sebagai hamba Allah di mukabumi.

Dari sinilah beliau mulai mengenal sisi lain dari kehidupan beliau selama ini yang bergelut dengan aktivitas duniawi menuju perjalanan religius. Bisa dibayangkan masa muda beliau yang penuh ambisi, kerja keras,limpahanmateri, bahkan mengalami benturan-benturan fisik dan mental harus berputar 180 derajat menjadi dahaga spritual yang tak dapat dibendung lagi. Awal perjalanan religius inilah yang memang harus Kyai Sa’adih jalani dengan berbagai rintangan dan ujiannya sebagai sebuah maqam (tahapan) taubat dalam pendakian rohaninya.

Proses taubat ini terbilang tidak mudah. Ujian, godaan, dan rintangan untuk mengendurkan niatnya menempuh jalan Ilahi selalu menghampiri.Namun, Allah senantiasa menolong hamba-Nya dan selalu membuk alebar pintu tobat untuk setiap hamba yang bersimpuh mengharapkan ampunan-Nya.Dalam kondisi KyaiSa’adih yang seperti itulah lewat guru-guru beliau Allah membimbing KyaiSa’adih.

Ketikaitu, amaliah ibadah puasa, shalat malam,dan zikir menjadi pakaian baru bagi pemuda Sa’adih semenjak tahun 1990 setelah beliau menanggalkan pakaian duniawi yang melulu berisi aktivitas duniawi  an sih. Artinya, walaupun beliau bekerja di kantor dan memiliki banyak bisnis, semuanya beliau jadikan sebagai ladang ukhrawi. Hal ini terus berlangsung selama 9 tahun dengan sekumpulan suka dan duka di dalam beliau menikmati kajian diri dan nilai-nilai religius, baik di komunitas kantornya maupun di rumah dan masyarakatnya. Beliau yang tadinya berpenampilan trendi dan glamor berubah menjadi seorang sufi yang berpenampilan ala Wali Songo, yaitu berimamah (udeng-udeng), bersorban, sarungan, dan berjenggot. Itulah yang menurut beliau 9 tahun perjalanan suluk sebagai bentuk penghayatan keagamaan yang radikal dan menentang arus. Menurut beliau, di situlah kenikmatan mendekat kepada Allah ketika dihujani dengan cacian, makian, dan cemoohan ketika beliau menanggalkan semua kesenangan duniawinya.

Kenangan saat Periode Awal Berdakwah

Setelah 9 tahun suluk atau penggalian diri akhirnya datang juga pencerahan batin yang selama ini beliau nanti-nantikan, yaitu pada malam bulan Ramadhan beliau merasakan kekuatan batin yang menghujam dan membangkitkan beliau untuk terjun menjadi kacung Allah. Kemudian, beliau mendirikan pengajian dengan masyarakat sekitar yang berisi muhasabah diri, zikir dan muzakarah. Pengajian itu murni pengabdian beliau di jalan Allah atas dasar semangat dari hasil keyakinan yang beliau dapatkan dalamriyadhah(olahspritual batin) selama 9 tahun.

Sebenarnya, pengajian Kyai Sa’adih sudah dimulai sejak tahun 1991, namun hanya sekitar kerabat dan saudara saja. Lalu kemudian, iatumbuh menjadi majelis yang dikenal masyarakat luas mencapai ratusan orang pada tahun 2000. Dan sekitar tahun 2002 pengajian beliau yang bernama Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki telah menarik simpatik dan respons mendalambagi ribuan orang.Hal ini dapat diketahui dengan membludaknya masyarakat yang ikut pengajian bulanan di tempat beliau. Itulah perjalanan kehidupan religius Kyai Sa’adih dari proses konversi agamanya sampai kepada lahirnya majelis spritual yang beliau pimpin hingga sekarang ini.

Selain itu, Kyai Saadih juga memiliki kerja besar sebagai pengabdian kepada Allah berupa mengembalikan semangat religius di tengah-tengah kaum elit tokoh-tokoh negeri ini. Semuanya beliau jalankan dengan ikhlas tanpa pamrih dan meminta imbalan,serta tanpa mengeluh. Dakwah-dakwah beliau tidak pernah menyusahkan siapa pun. Hal ini dapat dibuktikan di mana pun beliau ceramah tidak pernah dijemput dan tidak pernah meminta bayaran. Semua beliau lakukan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih, bahkan beliau mengorbankan hartanya untuk kesuksesan semua event-event dakwah yang beliau hadiri, termasuk santunan yatim berada di dalam tanggungan beliau.

(disarikan dari buku fenomenal yang berjudul:

Sufi Nyentrik)

Leave a Comment

Lokasi Puri Kembangan

Lokasi Tanjung Burung

Kontak Assamawaat

  • Jl.Puri Kembangan No.15, RT 011/RW 05 Jakarta Barat
  • (021) 5808794
  • @assamawaat.id
Copyright © 2022 DO IT & KREATIF
Copyright © 2022 DO IT & KREATIF